Assalamu'alaikum Wr Wb

Pelajarilah ILMU, mempelajarinya karena Allah adalah KHASYAH, Menuntutnya adalah IBADAH, mempelajarinya adalah TASBIH, mencarinya adalah JIHAD, Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah SHADAQAH, menyerahkan kepada ahlinya adalah TAQARRUB. Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian.

Wa'alaikumsalam Wr Wb


Senin, 26 April 2010

~ Mati di dalam Hidup ~


"Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)." Al-Baqarah (2): 18

Mufradaat:
Tafsir dari ayat:

Orang-orang munafiq ketika sudah kehilangan "al-huda", kondisinya sangat menyedihkan. Kegelapan tanpa secercah cahaya pun. Bersama dengan itu mereka pun tuli tidak bisa mendengar petunjuk dan kebenaran, bisu tidak bisa mengucapkan kebenaran dan kebaikan, buta tidak bisa melihat tanda-tanda peringatan yang diberikan Allah. Dan kondisi mereka yang demikian itu bersifat permanen, tidak bisa kembali ke jalan yang benar.

Buta, bisu dan tuli merupakan sifat dan gambaran orang yang mati. Orang kafir disamakan dengan orang yang mati karena mereka tidak menfungsikan alat pendengaran dan penglihatan mereka. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Dan tempat yang disediakan bagi mereka adalah neraka jahanam.

Perbandingan antara orang yang beriman dan orang yang tidak beriman sama seperti antara orang yang hidup dan orang yang mati. Nabi Muhammad SAW diingatkan oleh Allah: "Dan engkau tidak akan dapat menjadikan orang mati itu mendengar seruanmu". Artinya percuma saja memberikan peringatan kepada orang-orang kafir, karena mereka tidak akan pernah mendengar peringatan-peringatan tersebut.

Begitulah kondisi orang-orang munafiq, yang tadinya sempat menyatakan beriman kepada Allah dan hari akhir, kemudian mereka berbalik menjadi kafir, maka Allah menyegel hati mereka dalam kekufuran yang tidak lagi bisa dimasuki peringatan-peringatan akan kebenaran. Na'udzu billahi min dzalik.

Aplikasi Ayat:

Memberikan 'STIMULAN' kpd orang dewasa layaknya sperti seorang Bayi.

Betapa pentingnya stimulan bagi bayi, krn Seorang bayi akan bisa tumbuh kembang secara optimal, baik dari aspek fisik maupun kecerdasannya, apabila bayi tersebut mendapatkan cukup stimulan dari luar dirinya, tentu tanpa mengesampingkan unsur-unsur lainnya.

Sedangkan pd orang Dewasa ada yg secara fisik sudah tua tetapi jiwa, mental, dan ruhaniahnya barangkali masih balita. (Apakah anda termasuk orang jenis ini?) Nah, sebagaimana bayi yang sungguhan, yang memerlukan stimulan, bayi tua ini pun sangat perlu stimulan tersebut agar terhindar dari kebutaan, kebisuan dan ketulian. Hanya tentu stimulannya berbeda dengan yang diberikan pada bayi.
Stimulan khusus untuk kita para bayi tua ini adalah sebagai berikut:

1). Dzikir sebanyak-banyaknya, untuk menjadikan qolbu atau hati senantiasa hidup. Apabila tidak pernah berdzikir hati akan menjadi mati. Dan apabila hati sudah mati bencana dan malapetaka menunggu di depan kita.

2). Tadabbur dan tafakkur terhadap ayat-ayat Allah. Ini untuk melatih ketajaman mata kita agar terhindar dari kebutaan. Di sekitar kita banyak terdapat ayat-ayat Allah. Baik ayat-ayat qauliyyah maupun ayat-ayat kauniyyah. Cobalah perhatikan, hayati dan renungkan segala sesuatu yang ada di sekeliling kita. Coba perhatikan dan renungkan matahari setiap pagi secara istiqomah muncul dari timur yang kehadirannya sangat dirindukan semua makhluk. Bagaimana seandainya matahari itu sekali saja ngambek, tidak mau muncul? Tidak bisa dibayangkan. Tetapi sempatkah kita melihat kemudian merenungkan fakta ini? Ini baru satu ayat saja dari sekian banyak ayat-ayat Allah. Jangan-jangan kita ini sudah buta. Tidak bisa melihat ayat-ayat Allah. Banyak di antara kita sudah dibentangkan ayat-ayat perinngatan oleh Allah berupa musibah, bencana, sakit, kematian teman atau anggota keluarga, tetap saja mereka tidak mau ambil pelajaran dari itu semua.

3). Respectif dan responsif terhadap suara kebenaran yang datang kepada kita. Ini untuk melatih agar pendengaran kita tidak tuli. Contoh yang paling sederhana, ketika diperdengarkan adzan, segera meresponkah kita? Atau pura-pura tidak mendengar dengan alasan masih sibuk?

Tiga hal tersebut apabila kita amalkan dengan sebaik-baiknya niscaya akan menjadi stimulan bagi kita untuk terbebas dari kondisi yang digambarkan oleh Allah dalam Al-Baqarah ayat 18 ini. Sudah tuli, bisu buta lagi.
Wallahu a'lamu bish-shawab


Sumber: JALAN MENUJU SORGA
~ Dimhari Noor Hasyim

Tidak ada komentar: