Assalamu'alaikum Wr Wb

Pelajarilah ILMU, mempelajarinya karena Allah adalah KHASYAH, Menuntutnya adalah IBADAH, mempelajarinya adalah TASBIH, mencarinya adalah JIHAD, Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah SHADAQAH, menyerahkan kepada ahlinya adalah TAQARRUB. Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian.

Wa'alaikumsalam Wr Wb


Rabu, 31 Maret 2010

"Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat" - Khalifah Abdul Malik bin Marwan





Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan. (Shahih Muslim No.4828)


Tiap amalan makruf (kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi isi embermu untuk diisikan ke mangkuk kawanmu. (HR. Ahmad) ------


Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan menghinakannya. Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat nanti. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.4677)


Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang bersikap lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang bersikap keras dan kepada yang lainnya. (Shahih Muslim No.4697)

Ya Allah! Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, maka siapa dari kaum muslimin yang aku caci atau aku laknat atau aku pukul, maka jadikanlah itu sebagai zakat dan rahmat baginya. (Shahih Muslim No.4706)

Bukanlah orang kuat itu dengan menang bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah. (Shahih Muslim No.4723)








Selasa, 30 Maret 2010

Saudariku Kaum Hawa.., Inilah Kemuliaanmu..!





Allah telah menetapkan syariat Islam yang lengkap dan sempurna,
serta terjamin keadilan dan kebenarannya. Allah berfirman,




وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “                                   Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al-Qur’an), sebagai kalimat yang     benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. al-An’aam: 115)

Artinya, al-Qur’an adalah firman Allah yang benar dalam berita yang terkandung di dalamnya, serta adil dalam perintah dan larangannya, maka tidak ada yang lebih benar dari pada berita yang terkandung dalam kitab yang mulia ini, dan tidak ada yang lebih adil dari pada perintah dan larangannya.(Lihat kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan (hal. 174))

Di antara bentuk keadilan syariat Islam ini adalah dengan tidak membedakan antara satu bangsa/suku dengan bangsa/suku lainnya, demikian pula satu jenis (laki-laki atau perempuan) dengan jenis lainnya, kecuali dengan iman dan takwa kepada Allah. Alloh Swt berfirman: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. al-Hujuraat: 13)

Dalam ayat lain Dia berfirman, مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Qs. an-Nahl: 97)

Juga dalam firman-Nya, فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
“Maka Allah memperkenankan permohonan mereka (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah dari sebagian yang lain.” (Qs. Ali ‘Imraan: 195)


APRESIASI ISLAM TERHADAP KAUM PEREMPUAN
Sungguh agama Islam sangat menghargai dan memuliakan kaum permpuan, dengan menetapkan hukum-hukum syariat yang khusus bagi mereka, serta menjelaskan hak dan kewajiban mereka dalam Islam, yang semua
itu bertujuan untuk menjaga dan melindungi kehormatan dan kemuliaan mereka.

(Lihat kitab al-Mar’ah, Baina Takriimil Islam wa Da’aawat Tahriir (hal. 6) Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, “Wanita muslimah memiliki kedudukan (yang agung) dalam Islam, sehingga disandarkan kepadanya banyak tugas (yang mulia dalam Islam).

Oleh karena itu, Nabi selalu menyampaikan nasehat-nasehat yang khusus bagi kaum wanita (misalnya dalam HR al-Bukhari (no. 3153) dan Muslim (no. 1468)),
bahkan beliau menyampaikan wasiat khusus tentang wanita dalam kutbah beliau di Arafah (ketika haji wada’) (HR.Muslim (no. 1218)).

Ini semua menunjukkan wajibnya memberikan perhatian kepada kaum wanita di setiap waktu. (Kitab at-Tanbiihaat ‘ala ahkaamin takhtashshu bil mu’minaat (hal. 5)) 

Di antara bentuk penghargaan Islam terhadap kaum perempuan adalah dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam mayoritas hukum-hukum syariat, dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, serta keumuman anjuran dan larangan dalam Islam. (Lihat keterangan syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitab Hiraasatul fadhiilah (hal. 17)

Adapun perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam beberapa hukum syariat, maka ini justru menunjukkan kesempurnaan Islam, karena agama ini benar-benar mempertimbangkan perbedaan kondisi laki-laki dan perempuan, untuk kemudian menetapkan bagi kedua jenis ini hukum-hukum yang sangat sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka. Inilah bukti bahwa syariat Islam benar-benar ditetapkan oleh Allah Ta’ala, Zat Yang Maha Adil dan Bijaksana, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya.

Allah berfirman, أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ “Bukankah Allah yang menciptakan (alam semesta beserta isinya) maha mengetahui (segala sesuatu)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Qs. al-Mulk: 14)

Ini semua menunjukkan bahwa agama Islam benar-benar ingin memuliakan kaum perempuan, karena Islam menetapkan hukum-hukum yang benar-benar sesuai dengan kondisi dan kodrat mereka, yang dengan mengamalkan semua itulah mereka akan mendapatkan kemuliaan yang sebenarnya.
Ketika menjelaskan hikmah yang agung ini, syaikh Bakr Abu Zaid berkata, “Allah, Dialah yang menetapkan dan menakdirkan bahwa laki-laki tidak sama dengan perempuan, dalam ciri, bentuk dan kekuatan fisik. Laki-laki memiliki fisik dan watak yang  lebih kuat, sedangkan perempuan lebih lemah dalam (kondisi) fisik maupun wataknya…
Dua macam perbedaan inilah yang menjadi sandaran bagi sejumlah besar hukum-hukum syariat. Allah Yang Maha Mengetahui (segala sesuatu dengan terperinci) dengan hikmah-Nya yang tinggi telah menetapkan adanya perbedaan dan ketidaksamaan antara laki-laki dengan perempuan dalam sebagian hukum-hukum syariat, (yaitu) dalam tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi dan bentuk fisik, serta kemampuan masing-masing dari kedua jenis tersebut (laki-laki dan perempuan) untuk menunaikannya. (Demikian pula sesuai dengan) kekhususan masing-masing dari keduanya pada bidangnya dalam kehidupan manusia, agar sempurna (tatanan) kehidupan ini, dan agar masing-masing dari keduanya menjalankan tugasnya dalam kehidupan ini. Maka Allah mengkhususkan kaum laki-laki dengan sebagian hukum syariat yang sesuai dengan kondisi, bentuk, susunan dan ciri-ciri fisik mereka, (dan sesuai dengan) kekuatan, kesabaran dan keteguhan mereka (dalam menjalankan hukum-hukum tersebut), (juga sesuai dengan) semua tugas mereka di luar rumah dan usaha mereka mencari nafkah untuk keluarga. Sebagaimana Allah mengkhususkan kaum perempuan dengan sebagian hukum syariat yang sesuai dengan kondisi, bentuk, susunan dan ciri-ciri fisik mereka, (dan sesuai dengan) terbatasnya kemampuan dan kelemahan mereka dalam menanggung (beban), (juga sesuai dengan) semua tugas dan tanggung jawab mereka di dalam rumah, dalam mengatur urusan rumah tangga, dan mendidik anggota keluarga yang merupakan generasi (penerus) bagi umat ini di masa depan.

Dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan ucapan istri ‘Imran, وليسَ الذكَرُ كالأُنْثى “Dan laki-laki tidaklah sama dengan perempuan” (Qs. Ali ‘Imraan: 36)
Maha suci Allah yang milik-Nyalah segala penciptaan dan perintah (dalam syariat Islam), dan (milik-Nyalah) segala hukum dan pensyariatan. أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ، تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ketahuilah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam.” (Qs. al-A’raaf: 54)

Inilah iradah (kehendak) Allah yang bersifat kauniyyah qadariyyah (sesuai dengan takdir dan kodrat yang telah Allah tetapkan bagi semua makhluk) dalam penciptaan, pembentukan rupa dan bakat (masing-masing makhluk).

Dan inilah iradah (kehendak)-Nya yang bersifat diniyyah syar’iyyah (sesuai dengan ketentuan agama dan syariat yang dicintai dan diridhai-Nya). Maka terkumpullah dua iradah (kehendak) Allah ini (dalam hal ini) untuk (tujuan) kemaslahatan/kebaikan hamba-hamba-Nya, kemakmuran alam semesta, dan keteraturan (tatanan) hidup pribadi, rumah tangga, kelompok, serta seluruh masyarakat. (Kitab Hiraasatul Fadhiilah (hal. 18-20))

Beberapa contoh hukum-hukum syariat Islam yang menggambarkan pemuliaan dan penghargaan Islam terhadap kaum perempuan:

1. Kewajiban memakai jilbab (pakaian yang menutupi semua aurat secara sempurna bagi wanita ketika berada di luar rumah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzaab,59)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan kewajiban memakai jilbab bagi wanita dan hikmah dari hukum syariat ini, yaitu, “Supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti”.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Ini menunjukkan bahwa gangguan (bagi wanita dari orang-orang yang berakhlak buruk) akan timbul jika wanita itu tidak mengenakan jilbab (yang sesuai dengan syariat). Hal ini dikarenakan jika wanita tidak memakai jilbab, boleh jadi orang akan menyangka bahwa dia bukan wanita yang ‘afifah (terjaga kehormatannya), sehingga orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatiya akan mengganggu dan menyakiti wanita tersebut, atau bahkan merendahkan/melecehkannya… Maka dengan memakai jilbab (yang sesuai dengan syariat) akan mencegah (timbulnya) keinginan-keinginan (buruk) terhadap diri wanita dari orang-orang yang mempunyai niat buruk”. (Kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan (hal. 489))


2. Kewajiban memasang hijab/tabir untuk melindungi perempuan dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya.

Allah berfirman menerangkan hikmah agung disyariatkannya hijab/tabir antara laki-laki dan perempuan, وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
“Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Qs. al-Ahzaab: 53)

Syaikh Muhammad bin Ibarahim Alu syaikh berkata, “(Dalam ayat ini) Allah menyifati hijab/tabir sebagai kesucian bagi hatinya orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan, karena mata manusia kalau tidak melihat (sesuatu yang mengundang syahwat, karena terhalangi hijab/tabir) maka hatinya tidak akan berhasrat (buruk).

Oleh karena itu, dalam kondisi ini hati manusia akan lebih suci, sehingga (peluang) tidak timbulnya fitnah (kerusakan) pun lebih besar, karena hijab/tabir benar-benar mencegah (timbulnya) keinginan-keinginan (buruk) dari orang-orang yang ada penyakit (dalam) hatinya”. (Kitab al-Hijaabu wa Fadha-iluhu (hal. 3))

3. Kewajiban wanita untuk menetap di dalam rumah dan hanya boleh keluar rumah jika ada kepentingan yang dibenarkan dalam agama. (Lihat kitab Hiraasatul Fadhiilah (hal. 53))

Allah Ta’ala berfirman, وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى، وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan hendaklah kalian (wahai istri-istri Nabi) menetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait (istri-istri Nabi) dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Qs. al-Ahzaab: 33)
Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya wanita adalah aurat, maka jika dia keluar (rumah) setan akan mengikutinya (menghiasainya agar menjadi fitnah bagi laki-laki), dan keadaanya yang paling dekat dengan Rabbnya (Allah ) adalah ketika dia berada di dalam rumahnya.” (HR Ibnu Khuzaimah (no. 1685), Ibnu Hibban (no. 5599) dan at-Thabrani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 2890),

dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Mundziri dan syikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaaditsish shahiihah” (no. 2688)) Syaikh Bakr Abu Zaid ketika menerangkan hikmah agung diharamkannya tabarruj dalam Islam, beliau berkata, “Adapun dalam agama Islam maka perbuatan ini (tabarruj) diharamkan, dengan kuat dan kokohnya keimanan yang menancap dalam hati seorang wanita muslimah, dalam rangka (mewujudkan) ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta (dalam rangka) menghiasi diri dengan kesucian dan kemuliaan, menghindarkan diri dari kehinaan, juga (dalam rangka) menjauhi perbuatan dosa, memperhitungkan pahala dan ganjaran (dari-Nya), serta takut akan siksaan-Nya yang pedih.

Maka wajib bagi para wanita muslimah untuk bertakwa kepada Allah dan menjauhi (semua perbuatan) yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, supaya mereka tidak ikut serta dalam menyusupkan kerusakan di dalam (tubuh) kaum muslimin, dengan tersebarnya perbuatan-perbuatan keji, merusak (moral) anggota keluarga dan rumah tangga, serta merajalelanya perbuatan zina. Juga supaya mereka tidak menjadi sebab yang mengundang pandangan mata yang berkhianat dan hati yang berpenyakit (yang menyimpan keinginan buruk) kepada mereka, sehingga mereka berdosa dan menjadikan orang lain (juga) berdosa”.(Lihat kitab Hiraasatul Fadhiilah (hal. 105))


4. Tugas dan tanggung jawab kaum wanita, yaitu mendidik dan mengarahkan anak-anak di dalam rumah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ألا كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته، … والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسؤولة عنهم” “Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya …seorang wanita (istri) adalah pemimpin di rumah suaminya bagi anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang (perbuatan) mereka.”(HR. al-Bukhari (no. 2416) dan Muslim (no. 1829))
Tugas dan tanggung jawab ini menunjukkan agungnya kedudukan dan peran kaum wanita dalam Islam, karena merekalah pendidik pertama dan utama generasi muda Islam, yang dengan memberikan bimbingan yang baik bagi mereka, berarti telah mengusahakan perbaikan besar bagi masyarakat dan umat Islam. Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin berkata, “Sesungguhnya kaum wanita memiliki peran yang agung dan penting dalam upaya memperbaiki (kondisi) masyarakat, hal ini dikarenakan (upaya) memperbaiki (kondisi) masyarakat itu ditempuh dari dua sisi, - Yang pertama, perbaikan (kondisi) di luar (rumah), yang dilakukan di pasar, mesjid dan tempat-tempat lainnya di luar (rumah). Yang perbaikan ini didominasi oleh kaum laki-laki, karena merekalah orang-orang yang beraktifitas di luar (rumah). - Yang kedua, perbaikan di balik dinding (di dalam rumah), yang ini dilakukan di dalam rumah. Tugas (mulia) ini umumnya disandarkan kepada kaum wanita, karena merekalah pemimpin/pendidik di dalam rumah. Oleh karena itu, tidak salah kalau sekiranya kita mengatakan, bahwa sesungguhnya kebaikan separuh atau bahkan lebih dari (jumlah) masyarakat disandarkan kepada kaum wanita.

Hal ini dikarenakan dua hal,

1. Jumlah kaum wanita sama dengan jumlah laki-laki, bahkan lebih banyak dari laki-laki. Ini berarti umat manusia yang terbanyak adalah kaum wanita, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alahi wa salla. Berdasarkan semua ini, maka kaum wanita memiliki peran yang sangat besar dalam memperbaiki (kondisi) masyarakat.

2. Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita, yang ini semua menunjukkan mulianya tugas kaum wanita dalam (upaya) memperbaiki masyarakat. (Kitab Daurul Mar-ati fi ishlaahil Mujtama’ (hal. 3-4))


BANGGA SEBAGAI WANITA MUSLIMAH

Contoh-contah di atas cuma sebagian kecil dari hukum-hukum syariat yang menggambarkan penghargaan dan pemuliaan Islam terhadap kaum perempuan. Oleh karena itulah, seorang wanita muslimah yang telah mendapatkan anugerah hidayah dari Allah untuk berpegang teguh dengan agama ini, hendaklah dia merasa bangga dalam menjalankan hukum-hukum syariat-Nya. Karena dengan itulah dia akan meraih kemuliaan yang hakiki di dunia dan akhirat, dan semua itu jauh lebih agung dan utama dari pada semua kesenangan duniawi yang dikumpulkan oleh manusia.

Alloh Swt berfirman: قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ “Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka (orang-orang yang beriman) bergembira (berbangga), kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kemewahan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia)’.” (Qs. Yunus: 58) “Karunia Allah” dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ulama ahli tafsir dengan “keimanan kepada-Nya”, sedangkan “Rahmat Allah” ditafsirkan dengan “al-Qur’an“. (Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Miftahu Daaris Sa’aadah (1/227)) Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman, وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ “Dan kemuliaan (yang sebenarnya) itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya dan milik orang-orang yang beriman,
 akan tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (Qs. al-Munaafiqun: 8)

Dalam ucapannya yang terkenal Umar bin Khattab radhiallahu’anhu berkata, “Dulunya kita adalah kaum yang paling hina, kemudian Allah memuliakan kita dengan agama Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan selain agama Islam ini, pasti Allah akan menjadikan kita hina dan rendah.”( Riwayat Al Hakim dalam “Al Mustadrak” (1/130),
dinyatakan shahih oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi)


PENUTUP
Dalam al-Qur’an Allah Yang Maha Adil dan Bijaksana telah menjelaskan sebab untuk meraih kemuliaan yang hakiki di dunia dan akhirat bagi laki-laki maupun perempuan, yang sesuai dengan kondisi dan kodrat masing-masing.
Renungkanlah ayat yang mulia berikut ini, الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Maka Wanita yang shaleh adalah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (memberi taufik kepadanya).” (Qs. an-Nisaa’: 34)

Semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat dan sebagai nasehat bagi para wanita muslimah untuk kembali kepada kemuliaan mereka yang sebenarnya dengan menjalankan petunjuk Allah Ta’ala dalam agama Islam. وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين



Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 25 Syawwal 1430 H Abdullah bin Taslim al-Buthoni

Sabtu, 27 Maret 2010


Bila Alloh Swt berkehendak memberikan HIDAYAH kpd HambaNYA...seketika bisa merubah dari INSAN yg HINA menjadi MULiA,, dan saat itu juga Alloh Swt akan menambah ujian2 yg lebih berat dr sebelumnya..., ada Pujian & Sanjungan, bahkan terkadang banyak cibiran sinis yg terlontar melecehkan,, apapun yg orang lain katakan.. tetap jadikan semangat melangkah lebih baik lagi... ^~^

Jumat, 26 Maret 2010

-- BerSyukur KepadaNYA --

Kalau takdirnya hidup mewah

Jadilah orang kaya yang pemurah
Senantiasa beramal dengan sunnah
Harta itu adalah amanah
Elakkan diri dari fitnah dunia

Tiada guna harta berjuta
Jika malam susah lelapkan mata
Sentiasa bimbang ragu melata
Kesehatan pula tidak terjaga
Hati menjadi gundah gulana

Kalau takdirnya hidup sederhana
Memadai dengan apa yang diKurniakanNya
Senantiasa ridha dengan ketentuanNya
Mencukupi dengan berkahnya harta
Meski rezeki sediki terasa barokahnya
Beban hidup ringan jadinya
Karena semua adalah AnugerahNya
Buat insan yang bersyukur padaNya!



Shofie (fiek's)

Kamis, 25 Maret 2010

-- MeYakini (IMAN) keberadaan SURGA & NERAKA --

Mengimani surga dan neraka merupakan bagian dari iman kepada hari akhir. Keduanya benar-benar telah diciptakan dan disiapkan. Harus diyakini bahwa keduanya kekal dengan kehendak Allah yang menetapkan kekekalan keduanya. Keduanya tidak akan musnah, begitu pula para penghuninya.


Al-Qur'an telah menjelaskan bahwa surga dan neraka benar-benar telah disiapkan seperti dalam firman Allah Ta'ala:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa."(QS. Ali Imran: 133)

Dan dalam firman-Nya:

فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

"Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah: 24)

Al-Qur'an juga telah menjelaskan tentang keabadian surga dan neraka berikut panghuninya. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (QS. Al Bayyinah: 6-8)

Allah berfirman tentang ahli surga,

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ


"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya." (QS. Al Hijr: 48)

لَا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَى وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

"Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari adzab neraka." (QS. Al Dukhaan: 56)

Allah berfirman tentang ahli neraka;

وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ

"Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya. Demikianlah kami membalas setiap orang yang sangat kafir." (QS. Faathir: 36)

وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى ، الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى ، ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى

"Orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup." (QS. Al A'laa: 11-13)

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan Abu Sa'iid al Khudri radliyallah 'anhu, "maut (kematian) didatangkan dalam rupa seekor domba putih yang berbalut warna hitam. (Dalam riwayat Ibnu Umar: diletakkan di antara surga dan neraka). Kemudian ada seseorang yang berseru, "wahai ahli surga!" Maka merekapun mengangkat kepalanya dan memandang. Penyeru tadi berkata: "tahukah kamu apa ini?" mereka menjawab, "Ya tahu, ini kematian." Mereka semua melihatnya.

Kemudian giliran penghuni neraka yang dipanggil, maka mereka mengangkat kepalanya dan melihat penyerunya. Lalu penyeru itu bertanya, "tahukah kamu apa ini?" mereka menjawab, "ya, ini adalah kematian." Mereka semua melihatnya. Kemudian kematian itu disembelih, lalu dia berucap, "wahai ahli surga, keabadian tidak ada kematian lagi. Wahai ahli neraka, keabadian tidak ada kematian lagi."

Kemudian Beliau shallallahu 'alaihi wasallam membaca:

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ

"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, yaitu ketika segala perkara telah diputus dan mereka dalam kelalaian." Mereka dalam kelalaian ketika hidup di dunia. وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ "dan mereka tidak pula beriman." (Muttafaq 'alaih)

Allah telah menjelaskan dalam Hadits Qudsi tentang kenikmatan yang Dia janjikan untuk hamba-hamba-Nya yang shalih di surga kelak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman:

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

"Aku telah sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shaleh sesuatu yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas di hati manusia." Kalau kalian mau bacalah,

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Maka seorang pun tak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan," {As-sajdah: 17}. (HR. Muttafaq 'alaih)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga menyebutkan sifat ahli surga dan kenikmatan yang Allah sediakan untuk mereka di sana. Abu Hurairah radliyallah 'anhu meriwayatkan dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam, "rombongan umatku yang pertama masuk surga laksana bulan purnama. Kemudian rombongan sesudahnya laksana bintang di langit yang paling terang. Dan rombongan sesudah itu bertingkat-tingkat. Mereka tidak berak, tidak kencing, tidak berdahak dan tidak meludah. Sisir mereka dari emas, pedupaan mereka dari kayu gaharu, dan keringat mereka adalah minyak kesturi. Ukuran tubuh mereka sama, setinggi bapak mereka, Nabi Adam 'alaihis salam. (HR. Muslim)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada seseorang yang berseru; "Sesungguhnya kalian menjadi muda lagi dan tidak akan tua selama-lamanya. Kalian akan senang dan tidak sedih selamanya. Maka itulah firman Allah:

وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan diserukan kepada mereka: "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan"." (QS. Al A'raaf: 43)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga menerangkan tentang sifat panas neraka dalam sabdanya: "Api kalian hanya sepertujuhpuluh dari api neraka Jahanam." Ada yang bertanya kepada beliau, "wahai Rasulullah, seandainya seperti api dunia itu sudah cukup." Beliau bersabda, "Api neraka lebih panas enam puluh sembilan kali dari api kalian, setiap bagian sama panasnya." (Muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga menjelaskan tentang kedalaman dan panasnya api neraka dalam sabdanya yang diriwayatikan Abu Hurairah, "Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba terdengar sesuatu yang jatuh. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tahukah kalian apa itu?" Abu Hurairah berkata, "kami menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Beliau menjawab, "itu adalah sebuah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak tujuh puluh tahun lalu. Dia terus turun ke neraka, dan sekarang sudah sampai ke dasarnya!!" (HR. Muslim)

Bila Jenazah Bayi diPertaruhkan dengan Biaya...

Seorang ibu menjalani persalinan dan melahirkan bayinya dirumah sakit, akan tetapi setelah dilahirkan bayi itu meninggal, ironisnya saat ketika bayi itu hendak diambil dan dikubur oleh pihak keluarganya, pihak rumah sakit menahan bayi yang berusia 12 hari yang sudah terbujur kaku, dengan alasan pasien belum mampu membayar biaya rumah sakit yang dibebankan keluarga si pasien.


kemudian keluarga pasien miskin itu menyodorkan kartu JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) tetapi pihak rumah sakit menolaknya dengan alasan kartu yang dimilikinya sudah tak berlaku lagi.

Akhirnya jalan yang ditempuh sang Ayah pasien tersebut adalah mencari pinjaman kesana kemari untuk menebus biaya rumah sakit, yang totalnya hampir dua dengan enol berjumlah enam dibelakang angka dua (tahu sendirikan anda berapa jumlahnya?).

setelah semua biaya ditebus pihak rumah sakit akhirnya memberikan jenazah bayi itu kepada keluarga si pasien untuk kemudian dikubur dikampung halamannya.

Program layanan kesehatan gratis yang diiklankan pemerintah lewat media elektronik maupun media cetak tidak berjalan juga, tidak berpihak pada masyarakat kalangan bawah yang dikategorikan miskin.

Sampai kapan orang miskin dilarang untuk sakit?
Sampai kapan pasien miskin yang meninggal dirumah sakit tidak boleh di kubur?



Astaghfirullahal'adziim....,,,
Siapakan yang harus dipersalahkan..???
Siapakah yang harus menanggung Dosa menghambat jenazah..???

Rabu, 24 Maret 2010

--- DENGARLAH... WAHAI KAUM ADAM ---

Wahai Adam..... 

Maafkan aku jika coretan ini memanaskan hatimu.
Sesungguhnya kami Kaum Hawa adalah yang kau pinta semasa kau dlm ksendirianmu... sewaktu dahulu di surga.

Kami.. Hawa tercipta dari tulang rusukmu yang bengkok. jadi tidaklah heran jika perjalanan hidup kami senantiasa inginkan bimbingan darimu,
Kami.. Hawa tercipta dari tulang rusukmu..di dekat jantung hatimu agar kau kasihi, kau sayangi & kau cintai...,
Berada dibawah lenganmu agar kau lindungi,
Berada disisi samping untuk menjdi pendampingmu...,, dan..........
Kami.. Hawa tidak tercipta dari tulang kakimu untuk kau perlakukan dibawah semena-mena..,dan juga...
Kami.. Hawa tidak tercipta dari tulang kepalamu..untuk menjadi atasan yg menguasaimu....

Wahai Adam...
Maha suci Allah yang mentakdirkan kaumku lebih banyak jumlahnya dari kaummu di akhir zaman,
itulah sebenarnya ketelitian Allah dalam urusanNya..,
Jika jumlah kaummu lebih dari kaumku... niscaya merahlah dunia ini kerana darah manusia, kacau-balaulah suasana, Adam sama Adam bermusuhan kerana Hawa.
Buktinya cukup nyata dari peristiwa Habil dan Qabil sehinggalah sampai pada zaman cucu-cicitnya.
Pun jika begitu maka tidak selaraslah undang-undang Allah yang mengharuskan Adam beristeri lebih dari satu... tapi tidak lebih dari empat pada satu waktu.

Wahai Adam...
Bukan karena banyaknya isterimu yang membuat kami bimbang,
Bukan karena sedikitnya kaummu yang membuat kami pusing.
Tapi... kami risau, gundah gulana menyaksikan tingkahmu.
Sejak dulu kala sudah tahu bahwa kami mesti tunduk ketika menjadi isterimu.
Namun... terasa berat pula buat kami menyelaraskan langkah bila kau banyak bertingkah.

Wahai Adam...
Kami tahu bahwa dalam Al-Quran terdapat ayat yang menyatakan kaum lelaki adalah menguasai terhadap kaum wanita.
Kau diberi AMANAH untuk mendidik Kaum Hawa,
Kau jg diberi Tanggung Jawab untuk menjaga, memperhatikan dan mengawasi Hawa agar sentiasa didalam ridha Alloh semata.

Tapi Adam..,
nyata dan rata-rata apa yang sudah terjadi pada kaumku kini tidak sedikit yg mendurhakaimu.
Banyak yang telah menyimpang dari jalan yang ditetapkan
Sesungguhnya Allah mengkehendaki kami kaum hawa tinggal tetap dirumah.
SeharusnyaTempat Hawa bukalah berkeliaran di jalan-jalan, bukan di pasar-pasar, atau di pusat keramaian.
dan Jika terpaksa kami keluar dari rumah seluruh tubuh ini seharusnya ditutup dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Dan.. kenyataannya kini...terlalu banyak Hawa yg keluar dari kodratnya.

Wahai Adam...
Mengapa kau biarkan kami begini..?
Kami bisa menjadi ibu, kami juga bisa merangkap menjadi guru,..dan segala macam yg hampir menyamai kemampuan kaummu...dan itu sudah tentu katamu...,,

Sekarang diwaktu yang sama, banyak kaumku juga dipertaruhkan dlm urusan kenegaraan,
bahkan ada yg harus ke medan perang memanggul senjata.
Kau perhatikan saja kaumku jg bisa menjadi kuli bangunan, sopir, pilot, dokter bahkan profesor..,, yg tidak kalah hebatnya kaum hawa jg bisa memanjat pohon kelapa, dan bahkan memanjat tangga krn hrs benahi atap rumah yg bocor.., menyingkap kain tinggi sebatas paha itu juga karena terpaksa... sedangkan ada sbagian dari kau yg enak2an menghisap pipa menikmati indahnya dunia..,,

Wahai Adam..,
Apakah kau sekarang tidak lagi seperti dulu?
Apakah sudah hilang kasih sucimu terhadap kaumku..?

Wahai Adam...
Marahkah kau jika kukatakan.... bahwa Kaum Adam turut andil terhadap rusaknya aqidah & norma2 agama..,,
Andainya Hawa sbgai penggoda...maka Adam yang patut ikut menanggung dosanya! Kenapa? kenapa harus ADAM dibawa-bawa serta? Ya..!!! krn banyak orang berkata jika anak jahat ibu-bapak tak pandai mendidik, Jika murid bodoh, katanya guru yang tidak pandai mengajar!

Adam kau selalu berkata, Hawa memang bengal.., tdk mau mendengar kata2.., tak mudah mematuhi nasihat, kepala batu, Padahal sebenarnya yang dha'if itu jg bermula dr Adam,
Seharusnya kau tanya pd dirimu, apakah didikanmu terhadap kami sama seperti didikan Nabi Muhammad SAW terhadap isteri-isterinya? Adakah Adam melayani Hawa sama seperti psikologi Muhammad terhadap mereka? Adakah akhlak Adam-Adam boleh dijadikan contoh terhadap kaum Hawa?

Wahai Adam...
Kau sebenarnya IMAM dan kami Kaum Hawa adalah MAKMUMmu,
Kami Hawa adalah pengikut-pengikutmu kerana kau adalah ketua.
Jika kau benar, maka benarlah kami..., dan Jika kau lalai, lalailah kami...

Kau punya kelebihan akal.., sedangkan kami Hawa kelebihan perasaan.
Akalmu sembilan dengan satu perasaan.., sedangkan kami...hanya memiliki satu akal dengan beribu perasaan...

Wahai Adam...
Andai kau masih lalai dan khilaf dengan / karena ulahmu sendiri,
Andai kau masih segan mengikut langkah para sahabat,
Andai kau masih gentar mencegah munkar,
Maka kita tunggu dan lihatlah, dunia ini akan hancur bila kaumku yang akan memerintah.
Malulah engkau Wahai Adam...,
Malulah engkau kpada dirimu sendiri dan pada Alloh yang engkau agungkan.

Dari itu Adam... genggamlah jemari tangan kami,
Rengkuhlah kami dalam dekap kasih Illahi Robbi..,
Bimbinglah kami kaum hawa menuju jalan syafa'at Allah Swt..,
Perdengarkanlah kpd kami kalimah syahdu dari syurga yg bisa menerangi hidup kami dgn MaghfirahNYA.
Tiuplah ruh jihad ke dalam dada kami agar kami bisa menjadi mujahidah kekasihmu yg di Ridhai Allah Swt.

Subhanallah...Maha Suci Engkau yg telah menciptakan kami ADAM & HAWA



Amsterdam, 25 Maret 2010
Shofie (fiek's) 

--- MUSUH DALAM SELIMUT ---



"Musuh dalam Selimut...." Woowww...judulnya bisa bikin orang berbeda cara menafsirkan, bahkan bisa menjadi bahan gurauan...krn yg namanya musuh berada di dalam selimut...apa bisa menjadi musuh beneran..??? yg ini jawabannya silahkan simpan dlm pikiran masing2...,,,

berikutnya yg ingin saya sampaikan adalah MUSUH DALAM SELIMUT dalam Peribahasa yg bgitu populer bwt mengartikan sosok orang2 yg dekat dgn kita, tampil manis dan bersikap baik di depan kita...akan tetapi saat dibelakang kita bisa bersikap sebaliknya...mulutnya jahat dan hatinya busuk..,, orang2 yg pandai bermuka dua inilah yg sangat berbahaya, karena terkadang dgn sikapnya yg seakan santun ramah dan manis ternyata bisa menghancurkan org lain/teman/sahabatnya...

Bagaimana kita bisa bedakan antara TEMAN SEJATI atau MUSUH DALAM SELIMUT..???..

Dengan Mengamati, Mencermati dan Mempelajari... semuanya akhirnya terlihat dengan sendirinya, siapa yang benar-benar teman sejati kita dan siapa musuh dalam selimut kita... Mudah memang untuk mencari sejuta teman dalam sekejap di dunia ini tapi mencari satu teman sejati sangatlah sulit.

Teman yang baik dan yang dapat dikatakan sejati adalah teman yang datang disaat kita dalam kesulitan.. menolong tanpa pamrih... membantu tanpa mengharap balasan... dan tidak pernah menepuk dadanya ketika teman itu dapat tertolong olehnya dan seseorang yang tidak pernah berkeluh kesah dikemudian hari ... Berteriak-teriak untuk minta dihargai bukanlah seseorang yang membantu kita karena keikhlasan hatinya.
Teman sejati adalah teman yang tidak akan menghindar dari segala sesuatu hal hanya karena sekedar menyenangkan hati orang lain dan sekedar bermain aman dilingkungannya. Teman sejati selalu ada disaat temannya mengajak untuk bersamanya khususnya disaat-saat dia membutuhkan bantuannya. Teman sejati adalah seorang teman yang dapat menjaga semua tutur katanya... menjaga rahasia teman baiknya hingga dia pergi.

Alangkah elok jika semua manusia berperilaku seperti ini... alangkah damai dunia ini bila semua manusia jauh dari rasa iri hati dan dengki. Sangatlah disayangkan bila karena suatu kedudukan seseorang membuat derajat manusia itu berbeda karena perbedaan itulah akhirnya tiap-tiap manusia mempunyai sisi iri dan mungkin juga dengki kepada sesamanya. Tiada guna kita bertutur kata manis didepan teman kita tetapi dibelakangnya justru mengatakan hal yang jauh berbeda... Bersikap manis hanya sekedar menyenangkan orang lain dan bukan datang dari hati yang ikhlas. Sungguh kasihan manusia yang terlahir seperti ini... hidupnya tidak akan pernah puas secara lahir dan bathin.

Janganlah kita selalu melihat diatas kita...tapi cobalah kita lihat dibawah kita... mensyukuri apa yang telah kita dapat saat ini karena kita lebih baik daripada mereka yang miskin tetapi kaya akan hati.. dan justru itu seharusnya kita harus memiliki hati (yang baik dan tulus) lebih banyak daripada yang dibawah kita. Lebih baik kita miskin harta daripada miskin hati... karena harta bisa dicari tetapi kaya hati susah untuk kita miliki bila kita tidak berusaha menjadi manusia apa adanya (diri sendiri).

Cobalah kita berkaca.... apakah diri kita ini adalah seorang teman sejati??? atau sekedar teman basa-basi???... atau justru musuh dalam selimut teman kita sendiri???... Tiada yang bisa menilai, karena itu semua tergantung tidak tanduk kita, tingkah laku kita, ketulusan hati kita, keikhlasan hati kita, keridhoan hati kita,....

Berbuat baiklah kepada teman kita ataupun sesama manusia dengan tulus selagi kita masih diberi kesempatan untuk bernafas di dunia ini karena batas usia kita, hanya Alloh Swt yang Maha Tahu...


jazakallah khoir...,
Shofie (fiek's) 

-- " SAHABAT SEJATI " --

Seorang sahabat sejati

Membantumu menjadi dirimu sendiri

Mengisi gersang jiwamu dengan ketulusan hati
Memotivasi gundahmu dengan sebening cinta kasih
Menuntun langkahmu tanpa lelah dan pamrih.

Sahabat sejati ikhlas menemani
Setiap musim di lubuk hati
Ketika kegundahan menghampiri
Ia menabur pupuk kasih sayang
Ketika tangis duka menyerang
Ia tegar bagaikan karang.

Sahabat sejati
Menjadi sumur menampung air matamu
Ketika badai amarah mencabik-cabikmu
Ia bak pelangi yang gemulai
setia meredam amukan emosimu.

Seorang sahabat sejati
Mengenali tiap jengkal perubahan bahasa hatimu
Laksana ranting mampu merangkai ceria dan tawamu
Menemani saat jatuh bangunmu
Tanpa lelah ataupun pamrih
Ia menjadi ladangmu menitip benih
Menyemai putik kisah haru biru
Tanpa jeda yang bisa diungkapkan melalui kosakata.

Sahabat sejati
Dengan untaian cinta menegur khilafmu
Memisahkan kebenaran dari kesalahanmu
Bukan membenarkan keburukanmu
Ia hadir saat kau butuh
Ia menjadi tempat bersandar
membagi tawa juga luka
Menampung keluhmu
lalu menyimpannya di cawan rahasia.

Sahabat sejati
Kuat dan ikhlas menemani perjuanganmu menuju surga
Sekuat Umar mulia dalam membela Rasulullah
Seikhlas Abu Bakar mulia
Berkorban jiwa raga demi kejayaan Islam
Tak lekang oleh hambatan
Tak goyah oleh ancaman.

Seorang sahabat sejati adalah
Setia membantumu menaiki tebing sumbing kehidupan
Senantiasa bersamamu mengarungi luasnya samudera
Tak kan alpa menyebutmu dalam sujud khusyuknya.

(voa-islam)

Selasa, 23 Maret 2010

Menjadi... BIDADARI di DUNIA & AKHERAT

Pernahkah terlintas dalam hatimu ya ukhti fillah...,

Saudariku muslimah untuk menjadi bidadari di dunia dan diakhirat nanti?.
Pernahkah kau membayangkan betapa cantik dan anggunnya ia..,
Menjadi incaran dan simpanan hamba-hamba Allah yang shalih dan bertakwa.
Pernahkah engkau mengangankannya?
Pernahkah engkau mengimpikannya?
Tidakkah hatimu tergerak untuk segera meraihnya?

Sesungguhnya Bidadari Dunia adalah ia Para Wanita yang shalihah, memurnikan ibadah hanya untuk-Nya semata, hatinya selalu takut dan terikat dengan Rabb-Nya, mentaati-Nya dalam keadaan sendirian ataupun dihadapan banyak manusia. Sosok yang merindukan keridhaan Allah dan rasul-Nya.

Selalu terbayang dalam pelupuk matanya surga yang dijanjikan Allah menantinya dari pintu manapun ia suka, ia bisa memasukinya.
Hatinya selalu menimbang dengan timbangan akhirat sehingga segala urusan dunia yang bertentangan dengan syariat Allah dan Rasul-Nya akan mudah ia singkirkan dan tinggalkan.

Duhai betapa elok dan indah akhlaknya..,

Bila ia belum bersuami maka berbakti kepada kedua orangtuanyalah ladang amalnya memanfaatkan kesempatan yang berharga ini dengan berusaha mendapatkan keridhaan dari keduanya.

Bila ia telah bersuami maka bersemangatlah hatinya untuk berbakti kepada suaminya, menemani sang suami dalam keadaan suka dan duka,mendidik anak-anaknya agar mereka berjalan diatas sunnah dan manhaj yang benar yaitu manhaj salafuna shalih. Berani meluruskan suami apabila ia bersalah dengan bahasa yang lembut dan bersabar atas kekurangannya. Membantu suami dalam mentaati Rabb-Nya, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan hamba-hamba-Nya.Jika engkau bersabar dan istiqamah maka insya Allah engkau akan menjadi penghuni surga yang cantik jelita itu.


Janganlah engkau resah dan gundah, merasa kecewa hatimu karena melihat sulitnya jalan untuk meraih kesana. Jalan itu akan mudah engkau tuju apabila engkau memohon pertolongan-Nya dalam setiap desah nafasmu. Sehingga segala tindak tandukmu selalu dalam bimbingan-Nya.
Dan, renungkanlah apabila engkau berhasil mencapai predikat wanita shalihah (bidadari dunia) semua adalah karena dari Rabbmu semata, bersyukurlah atas nikmat ini dan janganlah sekali-kali engkau takabur. Ingatlah selalu firman-Nya :

”Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah” (huud:88).

Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi kita semua wanita-wanita muslimah diatas muka bumi ini yang bercita-cita ingin menjadi bidadari-bidadari diatas dunia ini, dan tentu saja di Akhirat nanti, Insya Allah, Amin Ya Rabbal Alamin


Wasallam,
Shofie (fiek's)

Minggu, 21 Maret 2010

---CEMBURU ADA KARENA CINTA---



Assalamu'alaikum wr wb,

Setiap orang pasti tahu apa itu cemburu. Siapa sih yang tidak kenal istilah cemburu? Apalagi anak muda jaman sekarang. Setidaknya kata itu sering terdengar di telinga kita. Atau bahkan kita sendiri pernah merasakannya? Tentu saja selama seseorang masih memiliki hati, ia pasti pernah merasakan cemburu. Mengapa? Karena hati adalah tempatnya cinta, dan konsekuensi dari cinta adalah munculnya rasa cemburu pada diri orang yang mencintai ketika sesuatu yang dicintai mulai tidak mencintainya, atau berkurang cintanya padanya.

Cemburu memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, seperti dahsyatnya kekuatan cinta itu sendiri. Dalam sebuah berita di salah satu majalah nasional terkemuka, disebutkan bahwa seorang lelaki tega menghabisi nyawa istrinya sendiri setelah ketahuan bahwa istrinya berhubungan dengan lelaki lain. Dalam kasus lain, seorang lelaki juga nekat menyobek perut tetangganya dengan celurit karena terbukti telah menghamili istrinya yang ia tinggal bekerja selama beberapa tahun di negeri jiran.

Lalu apa sebenarnya HAKEKAT CEMBURU? Apakah ia dibenarkan dalam Islam?

Suatu hari, Saad bin Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki sedang bersama istriku, niscaya aku akan penggal leher lelaki itu”. Mendengar hal itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada para sahabatnya, “Tidakkah kalian heran terhadap kecemburuan Saad? Sungguh, aku lebih cemburu daripada dia. Dan Allah lebih cemburu daripada aku”. (HR. Bukhari)

Cemburu adalah hal yang wajar, terutama pada istri sendiri. Rasa gelisah, cemas, khawatir, rindu, marah, kecewa, sedih, merasa bersalah dan sejuta rasa lainnya bersatu, campur aduk dalam hati orang yang sedang dilanda cemburu. Rasa sayang dan kehilangan kerap hinggap dan menyiksa diri sang pencemburu. Itulah yang mungkin dirasakan juga oleh salah seorang sahabat Nabi tersebut. Sangat tidak berlebihan jika ia bertekad ingin memenggal setiap laki-laki (bukan mahrom) yang berani berdua-duaan dengan istrinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memujinya.

Turunnya ayat mula’anah (yaitu ayat ke-6 surat An-Nur) juga disebabkan oleh kecemburuan seorang lelaki yang mengaku melihat dengan mata kepalanya sendiri istrinya berzina dengan lelaki lain (lihat tafsir Ayat Al-Ahkam).

Ini adalah contoh cemburu yang baik dan diperintahkan dalam Islam, yaitu cemburu pada istri sendiri. Jika seorang istri telah menampakkan tanda-tanda melakukan tindakan nusyuz (serong, selingkuh), maka seorang suami berhak merasa cemburu. Begitu juga sebaliknya, seorang istri juga berhak merasa cemburu ketika suaminya tidak bisa menjaga pandangannya terhadap wanita lain (padahal ia telah merasakan ‘madu’nya pernikahan), atau bersikap mesra terhadap wanita lain yang bukan mahrom, atau bercerita tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki wanita lain.

Bahkan lebih dari itu, seseorang ayah pun berhak merasa cemburu ketika melihat anaknya atau anggota keluarganya melakukan tindakan yang dilarang agama. Tidak hanya yang sudah berkeluarga, orang yang belum berkeluarga pun juga diharamkan melakukan tindakan-tindakan yang dapat membuat Allah cemburu. Allah cemburu? Ya. Dan cemburunya Allah adalah jika perintah-perintah-Nya dilanggar.

Tak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah. Karena itulah Dia mengharamkan perbuatan fawahisy (kotor). (HR. Bukhari: 5220, Muslim: 2760)

Wahai umat Muhammad, tak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah ketika melihat salah seorang hamba-Nya melakukan zina. (HR. Bukhari: 5221, Muslim: 901)

Sesungguhnya Allah merasa cemburu. Dan cemburunya Allah adalah jika seorang mukmin melakukan perkara yang diharamkan Allah. (HR. Bukhari: 5223, Muslim: 2761)

Cemburu adalah manusiawi. Rasa cemburu berperan penting dalam menjaga keutuhan sebuah rumah tangga agar bisa tetap terjaga, tentu saja jika kedua belah pihak (suami-istri) dapat menyikapinya dengan bijak. Bahkan, istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Siti Aisyah juga pernah merasa cemburu terhadap beliau.

Suatu hari, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mencandai Siti Aisyah dengan mengatakan, “Aku bisa membedakan ketika kamu sedang senang denganku atau ketika kamu sedang marah?”.
“Bagaimana bisa?” tanya Siti Aisyah terheran.
Beliau menjawab, “Ketika kamu sedang senang, pasti kamu bilang, ‘Tidak, demi Tuhannya Muhammad!’. Tapi kalau sedang marah, kamu pasti bilang, ‘Tidak, demi Tuhannya Ibrahim!’”.
Siti Aisyah menjawab, “Ya, demi Allah benar, wahai Rasulullah. Aku takkan mengganti kecuali namamu”. (HR. Bukhari: 5228, Muslim: 2439)

Satu-satunya wanita yang paling membuat Siti Aisyah merasa cemburu terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Siti Khadijah, istri pertama beliau.

“Aku tak pernah merasa cemburu terhadap istri Rasulullah melebihi cemburuku pada Khadijah, karena seringnya beliau menyebut-nyebut namanya dan memuji-mujinya. Beliau telah diberi wahyu untuk memberikan kabar gembira kepada Khadijah bahwa telah dibuatkan rumah di surga untuknya” kata Siti Aisyah. (HR. Bukhari: 5229, Muslim: 2434)

Sebagaimana mencintai, cemburu pun juga harus pada tempatnya. Tidak boleh seseorang cemburu terhadap pasangan orang lain, karena memang tidak pada tempatnya ia cemburu. Dan bagaimana mungkin bisa cemburu terhadap pasangan orang lain? Begitu juga cemburu pada seseorang yang belum menjadi pasangan halalnya.

Islam melarang umatnya mengkhitbah seseorang yang telah dikhitbah oleh saudaranya, tak lain dan tak bukan adalah demi menjaga perasaan saudaranya tersebut, agar jangan sampai ada yang tersakiti karena rasa cemburu, meskipun secara syar’i ia belum halal dengan orang yang dikhitbahnya tersebut. Islam juga melarang pacaran, karena pacaran sangat berpotensi menumbuhkan benih-benih kecemburuan pada setiap orang yang belum halal baginya, di samping faktor-faktor lainnya yang juga diharamkan seperti ikhtilath, khalwat, dsb.

Karena pentingnya rasa cemburu itulah, Imam Bukhari membuat satu bab khusus dalam Kitab Sahih-nya, yaitu Bab Cemburu.

Cemburu ibarat lem perekat yang dapat menjaga hubungan antara suami-istri agar tidak terlepas. Selama rasa cemburu masih tetap ada dan di-menej sebaik-baiknya, maka keutuhan rumah tangga akan dapat terjalin, insyaallah. Wallahu A’lam Bis Showab..




Wassalamu'alaikum wr wb,
Shofie (fiek's)

Sahabat yg Baik adalah yg ada dikala kita berduka & memerlukan dukungan..., Sahabat yg Bijak adalah yg bisa memegang erat Rahasia Sahabatnya (bukan sebaliknya justru mengobral aib sahabatnya).., Sahabat yg Sejati tulus ikhlas melebihi saudara sendiri..,, We must good Learning..Doing & always Positive Thinking..,,, G'd Luck.. all my dear friends...^-^

Sabtu, 20 Maret 2010

MEMPUNYAI EMPAT ISTERI...,, Mana yg paling setia..???



Assalamu'alaikum wr wb,,

Teruntuk sahabat2 saya yg merasa berjenis kelamin laki-laki...Uuppsss!! MAAF maksud saya khusus buat Kaum Adam... Topik yg saya tulis x ini mungkin menarik dilihat dari judulnya.."Mempunyai Empat Isteri..." memang menarik utk disimak...tapi jangan terburu nafsu,, karena topik ini sesungguhnya buat kita semua manusia (laki-laki maupun perempuan),
marilah kita kaji lebih jauh muatan makna yg terkandung dlm kisah dibawah ini....

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 isteri.

Dia mencintai isteri ke-4 dan menganugerahinya harta dan kesenangan, sebab ia tercantik diantara semua isteri2nya.

Pria ini juga mencintai isterinya yang ke-3. ia sangat bangga dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita cantik ini kepada semua temannya. Namun dia juga selalu kwatir kalau isterinya ini lari dengan pria lain.

Begitu juga dengan isteri ke-2. sang saudagar sangat menyukainya karena ia ia isteri yang sabar dan penuh pengertian. Kapan pun sang saudagar mendapat masalah, ia selalu minta pertimbangan isteri ke-2nya ini, yang selalu menolong dan mendampingi sang suami melewati masa-masa sulit.

Demikian pula dengan isteri Pertama, ia adalah pasangan yang sangat setia dan selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarganya. Wanita ini yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan bisnis sang suami. Akan tetapi, sang pedagang kurang mencintainya meski isteri pertama ini begitu sayang kepadanya.

Suatu hari sang pedagang jatuh sakit dan menyadari bahwa ia akan segera meninggal dunia. Ia meresapi semua kehidupan indahnya dan berkata dalam hati, ” saat ini aku punya 4 isteri. Namun saat aku meninggal, aku akan sendirian, betapa menyedihkan”.
Lalu pedagang itupun memanggil semua isteri2nya...untuk di pertanyakan tentang kesetiaan masing2..

ISTERI KE-4 : NO WAY
Pedagang bertanya kepada isteri ke-4nya. ” Engkaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan indah. Nah, sekarang aku akan mati. Maukah kamu mendampingi dan menemaniku?” ia terdiam ……” tentu saja tidak mau !” jawab isteri ke-4nya dan pergi begitu saja tanpa kata terakhir yang terucap. Jawaban ini sangat menyakitkan hati, seakan sembilu mengiris-iris hati sang saudagar.

ISTERI KE-3 : MENIKAH LAGI
Pedagang itu sedih, lalu bertanya pada isteri ke-3. ” Aku pun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kamu ikut denganku dan menemani akhir hayatku?” isterinya menjawab, ” hidup begitu indah, akau akan menikah lagi jika kau mati. ” bagai disambar petir di siang bolong, sang pedagang sangat terpukul dengan jawaban tersebut. Badannya mendadak terasa demam.

ISTERI KE-2 : SAMPAI LIANG KUBUR
Kemudian ia memanggil isteri ke-2. ” Aku selalu berpaling kepadamu setiap aku mendapat masalah dan kau selalu membantuku sepenuh hati. Kini aku butuh sekali bantuanmu. Kalau aku mati, maukah engkau mendampingiku?” jawab isterinya, ” maafkan aku kali ini, aku tidak bisa menolongmu, aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur. Nanti akan kubuatkan makam yang indah untukmu.”

ISTERI KE-1 : SETIA BERSAMA SUAMI
Pedagang ini merasa putus asa. Dalam kondisi kecewa itu, tiba-tiba terdengar suara, ” Aku akan tinggal bersamamu dan menemanimu kemana pun kau pergi.
Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Pria itu lalu menoleh kesamping, dan mendapati isteri pertamanya di sana. Ia tampak begitu kurus, seperti orang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu berguam, ” Kalau saja aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan engkau kurus seperti ini, wahai isteriku ….”

Dalam HIDUP KITA Memang DIWARNAI 4 PENDAMPING yg sesungguhnya adalah sbb:

1) TUBUH KITA (isteri ke-4)
Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah. Semua ini akan hilang dan suatu batas ruang dan waktu. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap kepada-Nya.

2) STATUS SOSIAL DAN KEKAYAAN (isteri ke-3)
Saat kita meninggal, semua akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah dan melupakan kita yang pernah memilikinya. Sebesar apapun kedudukan kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta kita, semua itu akan berpindah tangan dalam waktu sekejap ketika kita tiada.

3) KERABAT DAN TEMAN (isteri ke-2)
Seberapa pun dekat hubungan kita dengan mereka, kita takkan bisa terus bersama mereka. Mereka akan mengantar hanya sampai ke liang lahad saja, setelah itu mereka akan meninggalkan kita sendiri.

4) JIWA DAN AMAL KITA (isteri ke-1)

Sebenarnya hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia mendampingi kemana pun kita melangkah. Hanya amallah yang mampu menolong kita di akhirat kelak.
Jadi, selagi mampu perlakukanlah jiwa kita dengan bijak serta jangan pernah malu berbuat amal, memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan. Betapa kecilnya bantuan kita, pemberian kita menjadi sangat berarti bagi mereka yang memerlukan

Demikianlah kisah tentang 4 isteri yg sesungguhnya hanyalah kiasan dari pendamping Kehidupan kita di Dunia sampai Akhirat.

Jazakallah khoiron katsir...


Wassalamuálaikum wr wb,
Shofie (fiek's) 

Riya' (PAMER) adalah termasuk Dosa Syirik kecil


Mengapa Riya’ (PAMER) sering disebut sebagai Syirik kecil?

Dalam kitab hadits Arbain Nawawy disebutkan bahwa Alloh akan mengampuni semua dosa hambanya sehingga sebesar 7 lapis bumi dan 7 lapis langit ataupun lebih, dengan catatan dia mau bertobat dengan sungguh – sengguh, tapi Alloh tidak akan mengampuni Dosa Syirik meskipun sebesar zarroh pun.

Dan, kita tahu Syirik itu ialah mensekutukan Alloh dengan sesuatu yang lain, sedangkan kita tahu bahwa Alloh itu Esa . Contoh perilaku Syirik sesungguhnya yang kita ketahui misalnya seperti menyembah berhala, memuja pohon, benda keramat, percaya pada dukun atau ramalan, dll. Di sini dapat kita ambil kesimpulan yang intinya bahwa Syirik itu “ menganggap setiap sesuatu yang datang kepada kita entah itu nikmat ataupun musibah adalah datang dari selain Alloh”.

Setelah pengertian Syirik sudah jelas. Lalu mengapa Nabi Muhammad SAW dalm haditsnya bersabda bahwa “Riya’ (PAMER) adalah sekecil – kecilnya Syirik”.

Sobat, ketahuilah jika kita memamerkan sesuatu, secara tidak langsung kita akan meYakini bahwa hal – hal yang kita pamerkan atau kita banggakan berasal dari kita sendiri, seakan lupa kalau itu adalah anugerah dari Alloh Swt. Misalnya kita mendapatkan nilai 100 dalam ulangan, kemudian nilai itu kita pamer – pamerkan pada teman2 kita, seolah kita lupa kalau nilai itu adalah pemberian Alloh Swt yang harus di syukuri, bukannya pamer kesana kemari.

Sobat, RIYA’ itu adalah salah satu penyakit yang membahayakan, penyakit ini datang karena biasanya sikap sombong. Kita harus tahu bahwa sifat ini (PAMER dan SOMBONG) sangatlah berkaitan.
Jika membanggakan KEKAYAAN, KEPINTERAN, KEALIMAN, atau JABATAN yang tinggi kepada orang lain, pasti orang itu akan mengira kalau kita Sombong atau Pamer.

Lalu bagaimana dengan Hukumnya?
Apakah Alloh Swt tidak akan juga mengampuni dosa orang yang Pamer? mungkin hanya inilah jawaban yang bisa diberikan. Karena masalah PAHALA dan DOSA adalah HAK Alloh Swt. Karena itu agar lebih berahati – hati dan juga tidak terbebani resiko Dosa Syirik,

Alangkah mulyanya jika kita mulai mengurangi sifat suka pamer.., bersyukur jika kita bisa menghindari sifat Pamer ini.
Untuk itu kita harus selalu bersyukur atas setiap Karunia Alloh Swt yang kita peroleh.
Qona’ah juga harus kita terapkan, karena terlalu berharap juga salah satu penyebabnya.

Selamat merenung. Dan semoga bermanfat. Amin.

"........ Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan" (QS. AN-Nisa 36) 

Ungkapan Hati seorang IBU kepada ANAK LAKI-LAKI Belahan Jiwanya





Assalamu’alaikum wr wb,

Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin…

Wahai anakku,
Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka…

Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau pernah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.


Wahai anakku…
Seiring waktu berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku, ada kenangan yg tak lekang di hati ibumu ini.......,,,
Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ini adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi…
Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan kau tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat tendangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan dgn kata kata,

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.

Wahai anakku… telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.

Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu… itulah kebahagiaanku!

Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.

Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.

Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputus asaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.


Anakku… ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!

Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu… Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti berhembus spanjang waktu.

Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu… Mana balas budimu, nak!?

Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba.
Bukankah Allah ta’ala telah berfirman, “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” (QS. Ar Rahman: 60)
Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?! Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu . Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang merindukanmu? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku!!
Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi.

Anakku… Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya…

Wahai anakku..,
IBUmu inilah sebenarnya PINTU SURGA bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, Pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga kelak aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala,
sebagaimana dalam hadits: “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)

Anakku... Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.

Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata:
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia?
Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”,
aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”,
dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!”
Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam.
Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)

Wahai anakku..!!
Ini aku IBUmu..adalah Pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak.
Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari PAHALA, engkau telah berAMAL banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat Amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?

Anakku.., yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia,wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)

Anakku…,, Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku… Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal… “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam…” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah dan kpada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di telapa kaki ibumu.. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.Anakku… Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.

Wassalam,
Ibumu


(‘Kutitip Surat ini kepadamu" karya Almh. Ustadz Armin Halim Naro) 

Jumat, 19 Maret 2010

BERTENGKAR ITU INDAH...???

Assalamu'alaikum wr wb,

Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga. Kalau seseorang berkata, "Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya!" kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristri, dan atau ia tengah berdusta. Yang jelas kita perlu menikmati saat-saat bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi saat-saat tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja diantarkan dalam muatan emosi.

Kalau tahu etikanya, dalam bertengkar pun kita bisa mereguk Hikmah. Betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan-pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Ketika akan menikah, cobalah untuk memikirkan dan merancang masa depan kehidupan berumah tangga. Satu hal yang jangan sampai terlupa adalah, merumuskan apa yang harus dilakukan jika bertengkar. Beberapa poin di bawah ini barangkali bisa menjadi "ikatan pengertian" di saat bertengkar.

Bertengkar tidak boleh berjamaah..!!!
Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjamaah. Seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika Anda marah dan dia mau menyela, segera Anda katakan, "STOP! ini giliran saya!"
Begitupun jika giliran dia yang marah, jangan ikut ambil bagian. Katakan dalam hati, "Duhai Kekasih, bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka di padang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu...."

Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah usang/masa lalu.
Siapa pun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapa pun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan dan bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang Pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangun.

Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apa pun kecamannya, adalah "Ungkapan Rindu yang dalam". Tapi bila itu dikaitkan dengan seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajinya tidak manis, sepedas apa pun saya marah, maka itu adalah "Harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dengan kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya dengan saya..?" maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups..!! saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.
Padahal kalau cintanya mati, siapa yang kehilangan..???

Kalau marah jangan bawa-bawa keluarga!
Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa waktu, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya.
Dan konsep Al-Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).

Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dia marahi. Tapi kalau ibu saya diikut sertakan, jangan coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapa pun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa orang lain ke kancah "awal cinta yang panas ini".

Kata ayah saya, "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak." Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari maafnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..."
Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

Kalau marah jangan di depan anak anak!
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita. Karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar Rumah Tangga kita. Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya? Membela ibu, tapi itu kan bapak saya.

Misalnya, ketika anak mendengar ayah-ibunya bertengkar:

IBU : "Saya ini capek, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, memang saya ini BABU?!"

BAPAK : "Saya juga capek, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu. Saya datang hormatmu tak ada, memang saya ini KUDA?!"

* ANAK : "Yaaa ... Ibu saya babu, Bapak saya kuda ....terus saya ini apa?"

Kita harus berani berkata : "Hentikan pertengkaran!" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata bahasa hati kita?

Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat! Pada setiap tahiyyat kita berkata, "Assalaa-mu 'alaynaa wa 'alaa'ibaadilahissholiihiin," Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh.
Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai-Nya, padahal nyawamu di tangan-Nya.

OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis Maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Illahi. Marahlah habis Subuh, tapi jangan lewat waktu Zuhur, Atau maghrib sebatas Isya... Atau habis Isya sebatas..? Nnngg... Ah kayaknya kita sepakat kalau habis Isya sebaiknya memang tidak bertengkar...

Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah "Proses belajar untuk mencintai lebih intens" ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.

SUBHANALLAH....,, ternyata Pertengkaran juga ada Hikmahnya...


Wassalam'alaikum wr wb,
Shofie (fiek's)
Papaaa...Mamaaa.... STOOOPPP..!!!
idiiiihhhh.....sewot aacchhh..!!!

Ya Alloh...berilah kami kesabaran menghadapi orang2 yg Tdk sberapa pinter tapi sok pinter.., Tdk sberapa tau tapi sok tau....,

Kamis, 18 Maret 2010

AGAR REMAJA TAK GAGAL MERAIH KEBAHAGIAAN...

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatu,,


KEBAHAGIAAN merupakan sasaran terbesar yang hendak dituju seluruh manusia. Tak terkecuali para pemuda dan remaja. Mereka menganggap bahwa masa-masa yang mereka lalui adalah masa untuk berbahagia dan bersenang-senang.

Setiap pemuda dan pemudi menghabiskan tenaga dan memanfaatkan energi mereka untuk menggapai kebahagiaan. Masa sekarang merupakan masa inovasi dan teknologi yang juga digunakan untuk mengembangkan beragam sarana kebahagiaan. Mereka berasumsi bahwa kebahagiaan adalah terpuaskannya kenikmatan-kenikmatan duniawi.

Oleh karenanya, tak sedikit dari remaja dan pemuda yang berlomba-lomba untuk memperkaya diri, berbusana elok, makan dan minum enak, dan lainnya. Namun pertanyaan selanjutnya, “Apakah benar mereka telah mencapai kebahagiaan?” Jawabannya adalah, “Tidak!”

Hal-hal di bawah ini menjadi premis atas jawaban tersebut:

1. Merebaknya obat-obatan terlarang di antara keputusasaan dan rasa frustrasi di kalangan remaja.

2. Tingkat kriminalitas yang tinggi.

3. Klinik konsultasi kejiwaan selalu disesaki pasien-pasiennya yang kebanyakan berusia muda belia.


Semua bukti tadi menunjukkan bahwa kebanyakan remaja gagal mendapatkan kebahagiaan di dunia ini, kecuali mereka yang mendapatkan ampunan Allah. Jika demikian, bagaimana caranya menggapai kebahagiaan?

Kita bisa mendapatkan jawabannya di dalam Al-Qur’an. Allah Yang Maha Kuasa menggambarkan dirinya dengan menyatakan, “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (Al-Mulk: 14)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui jalan menuju kebahagiaan yang sangat didambakan ciptaan-Nya, karena Dia-lah yang menciptakan manusia. Allah juga berfirman, “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123)

Berarti, kebahagiaan dapat diraih dengan jalan mengikuti petunjuk Allah. Sedangkan orang yang menjauh dari jalan Allah, maka dia akan diterpa kesengsaraan dan kesulitan. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat selanjutnya, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)

Dalam ayat lainnya Allah menjanjikan kebahagiaan kepada siapa saja yang beramal shaleh. Dia berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

Dengan demikian, kehidupan baik yang merupakan salah satu faktor kebahagiaan di dunia merupakan janji Allah bagi orang-orang beriman yang beramal baik. Ketika mengomentari “kehidupan yang baik”, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan, “Ia merupakan ketenangan dan kebahagiaan hati yang disebabkan manisnya keimanan. Kehidupan, cahaya, dan kekuatan hati sangat dipengaruhi kualitas keimanan. Iman tak ubahnya makanan, pengobatan, dan perawatan bagi hati. Inilah makna kebahagiaan bagi orang-orang beriman.”

...kehidupan baik yang merupakan salah satu faktor kebahagiaan di dunia merupakan janji Allah bagi orang-orang beriman yang beramal baik...

Sementara makna keimanan bagi para pecinta dunia adalah memiliki banyaknya istana, kendaraan-kendaraan yang mewah, harta benda, makanan dan minuman enak, serta terpenuhinya hasrat seksual. Sejatinya, makna kebahagiaan seperti demikian adalah makna yang menjadi paradigma orang-orang kafir. Allah berfirman:

“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan Jahanam adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad: 12)

Jadi jelas, kebahagiaan tidak terletak pada terpuaskannya kesenangan-kesenangan keduniaan. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan hati yang dipenuhi dengan ketenangan dan ketenteraman.
[voa-islam.com]



Wassalamuálaikum wr wb,,
Shofie (fiek's)