Kita semua umumnya pernah mengalami. Memohon pada Allah dengan sepenuh hati, khusyu, agar Allah memberikan sesuatu yang kita inginkan. Meminta dengan penuh harap kepada Allah untuk mengabulkan permintaan yang kita anggap itulah kenyataan yang paling baik. Berharap pada Allah agar Allah memberikan kita sebuah nikmat yang dalam pandangan kita, nikmat itulah yang paling tepat untuk kita. Tapi … ternyata, permintaan itu tak kunjung dikabulkan oleh Allah swt.
Mungkin, banyak di antara kita yang mengalami keadaan seperti ini.. mengeluh, kecewa, putus asa, frustasi, dan sebagainya. Padahal, pernahkah kita berpikir, sejauhmana kebenaran asumsi kita bahwa penundaan pemberian Allah itu adalah suatu bencana? Atau, pernahkah kita merenungkan, mungkin penundaan permintaan kita itu justru karunia yang harus kita syukuri?
Apakah pengabulan do'a dan harapan itu selalu bermakna kemuliaan dari Allah untuk kita? Atau apakah pemberian langsung Allah kepada kita itu justru sebuah bencana? Kita tidak pernah tahu rahasia itu semua.
Menganggap bahwa pemberian itu bukti kemuliaan dan penundaan pemberian itu keburukan, merupakan sikap salah yang disinggung dalam firman Allah swt,
"Adapun manusia, bila Rabb-nya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : "Rabbku telah memuliakanku. Sedang jika Rabbnya mengujinya ,lalu ia mengurangi rezekinya, maka ia berkata, "Rabbku menghinaku." (QS. Al-Fajr : 15-16)
Manusia yang diceritakan dalam firman Allah itu, menganggap kesenangan identik dengan kemuliaaan dari Allah. Sebaliknya pengurangan rizki itu identik dengan penghinaan dari Allah.
Pemberian dan penundaan nikmat merupakan masalah yang paling penting dan amat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Sayangnya seperti firman Allah tersebut, banyak banyak orang yang keliru memahami masalah itu. Dan karena itulah al-Qur`an meluruskannya. Seringkali Allah menangguhkan pemberian dunia pada makhluk yang paling dicintai-Nya, sementara Ia mencurahkan segala macam kesenangan dunia kepada makhluk yang paling dimurkai-Nya. Karena itu, pemberian duniawi dari Allah bukan tanda kemuliaan, dan penahanan pemberian bukan tanda kehinaan.
Ibnu Athaillah berkata, "Jika Allah menahan pemberian-Nya padamu, maka pahamilah bahwa itu adalah suatu karamah (kemuliaan) untukmu selama kau pertahankan keislaman dan keimananmu, hingga segenap apa yang dilakukan Allah kepada dirimu menjadi karunia pula kepadamu." Ia kemudian melanjutkan, "Cukuplah sebagai balasan Allah atas ketaatanmu, jika Dia ridha kepadamu karena engkau menjadi orang yang taat kepadanya. Cukuplah sebagai balasan atas orang-orang yang beramal, Allah bukakan hatinya untuk menjalankan ketaatannya, dan apa saja yang diberikan pada mereka berupa kesenangan terhadap-Nya."
jazakallah khairan katsir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar